Powered By Blogger

Jumat, 18 Februari 2011

..Metamorfosis..

-Thufail Al Ghifari-

Menjadi KARANG-lah, meski tidak mudah
sebab ia kan menahan sengat binar mentari yang garang
sebab ia kan kukuh halangi deru ombak yang kuat menerpa
...tanpa kenal hari
melawan bayu yang keras menghembus
dan menerpa dengan dingin yang coba membekukan

sebab keteguhannya kan menahan hempas badai yang datang
menggerus, terus menerus
ia kan kokohkan diri agar tak mudah hancur dan terbawa arus
ia akan berdiri tegak berhari-hari, bertahun-tahun, berabad-abad,
tanpa rasa jemu dan bosan

Menjadi POHON-lah yang tinggi menjulang
meski itu tidak mudah
sebab ia kan tatap tegar bara mentari
yang terus menyala di setiap siangnya
sebab ia kan meliuk halangi angin yang bertiup kasar
ia kan terus menjejaki bumi hadapi gemuruh sang petir

sebab ia hujamkan akar yang kuat menopang
untuk menahan gempita hujan yang coba merubuhkan
dan senantiasa berikan bebuahan yang manis dan mengeyangi
sebab ia kan berikan tempat bernaung bagi burung-burung
yang singgah di dahannya
lalu berikan tempat berlindung dengan rindang daun-daunnya

Menjadi PAUS-lah, meski itu juga tidak mudah
sebab dengan sedikit kecipaknya ia akan menggetarkan ujung samudera
sebab besar tubuhnya menakutkan musuh yang coba mengganggu
sebab sikap diamnya akan membuat tenang laut dan seisinya

Menjadi MELATI-lah, meski tampak tak bermakna
sebab ia kan tebar harum wewangian tanpa meminta balasan
ia begitu putih seolah tanpa cacat
sebab ia tak takut hadapi angin dan hujan dengan mungil tubuhnya
ia tak pernah iri melihat mawar yang segar merekah
dan tak pernah malu pada bunga matahari yang menjulang tinggi
ia tak pernah dengki dan rendah hati
pada keanggunan anggrek dan tulip yang berwarna-warni

Menjadi ELANG-lah dengan segala kejantanannya
meski itu juga tidak mudah
sebab ia melayang tinggi menembus birungya langit
melanglang buana taklukan medannya
sebab ia harus melawan angin yang menerpa dari segala penjuru
ia harus mengangkasa jauh tanpa takut jatuh
menukik tajam mencengkeram mangsa
dan kembali ke sarang dengan makanan di paruhnya
bersama kepak sayap yang membentang gagah

Menjadi KUPU-KUPU-lah, meski itu juga tak mudah
sebab ia harus melewati proses-proses sulit sebelum dirinya saat ini
ia lalui semedi panjang tanpa rasa bosan
dan belajar lebih banyak berdiam
untuk menunggu waktu yang tepat tentang keindahan
sebab ia bersembungi menahan diri dari segala yang menyenangkan
hingga tiba saat untuk keluar dan bagikan kebaikan
 ♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

 

by : RKI

Sabtu, 05 Februari 2011

..Menyikapi Hidup..

Banyak orang yang bertanya bagaimana menyikapi hidup?


ada yang bilang: “Jalani aja…”
ada yang bilang: “seperti air mengalir, jangan di bendung biar saja mengalir”
“Jangan kau lihat kebelakang… tataplah kedepan”
“Jangan hidup dengan masa lalu… jadikan masa lalumu membuat kau lebih hidup!”
“Jangan Melawan kehendak alam, dengarkan suara hatimu, dan jangan kau tentang nuranimu…”
“Jangan membuat hari-harimu menderita karena pikiranmu”

Semua pesan-pesan diatas, benar adanya.. tetapi semua penuh dengan kata JANGAN….. Jangan ini Jangan itu…. Jangan begini Jangan begitu… Sepintas memang kata-kata yang bijaksana…
Tetapi secara umum, orang yang sedang gundah, tidak senang mendengar kata JANGAN, karena baginya itu adalah larangan. dan siapapun tidak menyukai larangan, walalupun hai itu positif…
Jadi gimana dong?

Diganti kali yah sentuhan kata-katanya:
“Cobalah kita bersama menjalaninya… kamu tidak sendirian, saya pun sedang belajar melangkah dalam kehidupan ini…”
“Hidup ini memang seperti air yang mengalir, biarkanlah ia mengalir ke tempat-tempat yang memerlukannya…”
“Memang setiap manusia memiliki masa lalunya, bahagia dan sedih adalah satu proses yang kita jalani, semua itu dapat menjadikan kita lebih bijak dalam menjalani kehidupan ini… mari melangkah mantap ke depan sana… langkahkan kakimu… satu dua…tiga…”
“Biarlah kau telah menderita kemarin, marilah isi kebahagiaan bagi masa depan nantinya”


Akhirnya:
Bersikap ramah pada siapapun merupakan kewajiban yang perlu kita jalankan…..
Bersikap luwes pada apapun merupakan sikap yang perlu dikembangkan…
Tetapi tidak menjadi lemah dan lemes dalam menghadapi segala persoalan hidup..
Jalani dan isilah hari-harimu dengan hal-hal positif yang membuatmu tegar….
hehehe ^_^

Jumat, 04 Februari 2011

..Andai katamu percuma...




Suatu hari ada salah seorang sahabat yang meninggal dunia. Seperti biasanya, jika ada sahabat meninggal dunia, Rasulullah pasti menyempatkan diri mengantarkan jenazahnya sampai ke kuburan. Tidak cukup sampai di situ, pada saat pulangnya, Rasulullah menyempatkan diri singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga yang ditinggalkan supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu. Begitupun terhadap keluarga sahabat yang satu ini.

Sesampai di rumah duka, Rasulullah bertanya kepada istri almarhum, “Tidakkah almarhum suamimu mengucapkan wasiat ataulah sesuatu sebelum ia wafat?”

Sang istri yang masih diliputi kesedihan hanya tertunduk. Isak tangis masih sesekali terdengar dari dirinya. “Aku mendengar ia mengatakan sesuatu di antara dengkur nafasnya yang tersengal. Ketika itu ia tengah menjelang ajal, ya Rasulullah.”

Rasulullah tertanya, “Apa yang dikatakannya?”

“Aku tidak tahu, ya Rasulullah. Maksudku, aku tidak mengerti apakah ucapannya itu sekadar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dahsyatnya sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong.”

“Bagaimana bunyinya?” tanya Rasulullah lagi.

Istri yang setia itu menjawab, “Suamiku mengatakan ‘ANDAIKATA LEBIH PANJANG LAGI…. ANDAIKATA YG LEBIH BARU… ANDAIKATA SEMUANYA….’. Hanya itulah yang tertangkap sehingga aku dan keluargaku bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu hanya igauan dalam keadaan tidak sadar, ataukah pesan-pesan yang tidak selesai….”

Rasulullah tersenyum. Senyum Rasulullah itu membuat istri almarhum sahabat menjadi keheranan. Kemudian, terdengar Rasulullah berbicara, “Sungguh, apa yang diucapkan suamimu itu tidak keliru.” Beliau diam sejenak. “Jika kalian semua mau tahu, biarlah aku ceritakan kepada kalian agar tak lagi heran dan bingung.”

Sekarang, bukan hanya istri almarhum saja yang menghadapi Rasulullah. Semua keluarga almarhum mengerubungi Rasul akhir zaman itu. Ingin mendengar apa gerangan sebenarnya yang terjadi. “Kisahnya begini,” Rasulullah memulai :

“Pada suatu hari, ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat Jumat. Di tengah jalan ia berjumpa dengan dengan orang buta yang bertujuan sama-hendak pergi ke masjid pula. Si buta itu sendirian tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntunnya. Maka, dengan sabar dan telatennya, suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas yang penghabisan, ia menyaksikan pahala amal shalihnya itu. Lalu ia pun berkata, ‘ANDAIKATA LEBIH PANJANG LAGI.’ Maksudnya adalah andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya akan jauh lebih besar pula.”

Semua anggota keluarga itu sekarang mengangguk-angguk kepalanya. Mulai mengerti sebagian duduk perkara. “Terus, ucapan yang lainnya, ya Rasulullah?” tanya sang istri yang semakin penasaran saja.

Nabi menjawab, “Adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi sekali untuk shalat Subuh, cuaca dingin sekali. Di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan. Kebetulan suaminya membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia pun mencopot mantelnya yang lama yang tengah dikenakannya dan diberikan kepada si lelaki tua itu. Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, ‘Coba, ANDAIKATA YG MASIH BARU yang kuberikan kepadanya, dan bukannya mantelku yang lama yang kuberikan kepadanya, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi.’ Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.”

“Kemudian, ucapan yang ketiga, apa maksudnya ya Rasulullah?” tanya sang istri lagi.

Dengan penuh kesabaran, Rasulullah menjelaskan, “Ingkatkah engkau ketika pada suatu waktu suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Ketika itu engkau segera menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur daging dan mentega. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba seorang musafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong. Yang sebelah diberikannya kepada musafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak (sakaratul maut), ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalnya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata, ‘Kalau aku tahu begini hasilnya, musafir itu tidak akan kuberi hanya separuh. Sebab, ANDAIKATA SEMUANYA kuberikan kepadanya, sudah pasti pahalaku akan berlipat ganda pula.’”

Sekarang, semua anggota keluarga mengerti. Mereka tak lagi risau dengan apa yang telah terjadi kepada suami dan ayah mereka ketika akan menjelang wafatnya. Kelapangan telah ia dapatkan karena ia tidak sungkan2 untuk menolong dan memberi.

Begitulah keadilan Tuhan. Pada hakikatnya, apabila kita berbuat baik, pastinya kita juga yang akan beruntung, bukan orang lain. Lantaran segala tindak-tanduk kita tidak lepas dari penilaian Allah. Sama halnya jika kita berbuat buruk. Akibatnya juga akan menimpa kita sendiri. “Kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, bererti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula.” (QS.Al Isra: 7)

Dari kisah nyata diatas dapat kita ambil hikmah, bahwa tertutup sudah kesempatan kita mencari bekal untuk kehidupan akherat sekecil apapun. Kata andaikata pun percuma, hanya penyesalan dan penyesalan yang tiada abisnya..!!

♥♥.•*´¨`*•. (`'•.¸ (`'•.¸*¤* ¸.•'´) ¸.•'´) .•*´¨`*•.♥♥

“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya sepuluh kali ganda amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya.”(Q. s. al-An‘am: 160).

Rasulullah Saw bersabda, “Bersegeralah engkau beramal saleh, karena akan datang (terjadi) fitnah-fitnah seperti serpihan malam gulita, di mana seseorang pada pagi hari beriman, namun sore harinya kafir, sore hari beriman pada pagi harinya kafir. Ia rela menjual agamanya dengan harta benda dunianya.”

♥♥`*•.¸¸.•* (¸.•'´ (¸.•'´*¤* `'•.¸) `'•.¸) `*•.¸¸.•*♥♥
Oleh Anisah Pratiwi

..Inilah kenapa orang slalu berpikir antara miskin dan kaya..

Suatu hari, seorang ayah yang berasal dari keluarga kaya membawa anaknya dalam satu perjalanan keliling negeri dengan tujuan memperlihatkan pada si anak bagaimana miskinnya kehidupan orang-orang disekitarnya.

Mereka lalu menghabiskan beberapa hari di sebuah rumah pertanian yang dianggap si ayah dimiliki keluarga yang amat miskin.

Setelah kembali dari perjalanan mereka, si ayah menanyai anaknya : "Bagaimana perjalanannya nak?".
"Perjalanan yang hebat, yah".
"Sudahkah kamu melihat betapa miskinnya orang-orang hidup?," Si bapak bertanya.
"O tentu saja," jawab si anak.
"Sekarang ceritakan, apa yang kamu pelajari dari perjalanan itu," kata si bapak.

Si anak menjawab :


Saya melihat bahwa kita punya satu anjing, tapi mereka punya empat anjing. 

Kita punya kolam renang yang panjangnya sampai pertengahan taman kita, tapi mereka punya anak sungai yang tidak ada ujungnya.
Kita mendatangkan lampu-lampu untuk taman kita, tapi mereka memiliki cahaya bintang di malam hari. 

Teras tempat kita duduk-duduk membentang hingga halaman depan, sedang teras mereka adalah horizon yang luas.

Kita punya tanah sempit untuk tinggal, tapi mereka punya ladang sejauh mata memandang.
Kita punya pembantu yang melayani kita, tapi mereka melayani satu sama lain.
Kita beli makanan kita, tapi mereka menumbuhkan makanan sendiri.
Kita punya tembok disekeliling rumah untuk melindungi
kita, sedangkan mereka punya teman-teman untuk melindungi mereka.

Ayah si anak hanya bisa bungkam.

Lalu si anak menambahkan kata-katanya : "Ayah, terima kasih sudah menunjukkan betapa MISKIN-nya kita".

Bukankah itu adalah perspektif yang sangat indah?.
Membuat anda bertanya-tanya apa yang akan terjadi bila kita semua mengucap syukur untuk semua yang kita miliki, daripada kuatir tentang apa yang tidak kita
miliki. 

Hargailah setiap hal yang anda miliki. Hargai setiap teman anda dan tolong mereka dengan memberi kesegaran baru pada cara pandang dan paradigma mereka.

Hidup ini terlalu singkat dan teman-teman (sebanyak apapun) terlalu sedikit.

''Haruss Semangat!...'^_^'' Semangatdd..